Seni bermedia sosial: Baca, lewati, dan tinggalkan
Baca, lewati, dan tinggalkan, ini adalah Seni bermedia sosial yang saya lakukan akhir-akhir ini. Nggak banyak berkomentar, nggak pakai mumet, nggak pakai drama, nggak banyak over thinking.
Membaca yang memang sekiranya perlu dibaca, lewati konten yang gak bermanfaat seperti temen kamu lagi foto kucingnya, tinggalkan konten yang gak bermanfaat.
Apakah sesimple itu? nyatanya tidak. Sebagian orang berkomentar sebagai dari fungsi bermedia sosial, berinteraksi antar pengguna. Saya sudah nulis panjang lebar di kolom komentar, akhirnya saya hapus dan gak jadi dikirim.
Seni bermedia sosial anti ribet-ribet club
Saya sudah melewati masa sangat aktif dalam akun media sosial, posting sana-sini, komentar di postingan si A- si Z biar dapat pengakuan. Tapi ujungnya memang tidak ingin membranding diri dalam bidang tertentu yang saya tekuni.
Memang ranah dunia maya bikin capek pikiran dan hati. Menurut kita benar, harunya orang lain salah dalam sudut pandang kita, atau minimal ada orang lain yang sependapat dengan kita.
Seringkali tangan kita menghakimi pendapat orang lain hanya karena guru ~orang yang kita hormati punya pendapat yang sering kita agungkan. Padahal bisa jadi pendapatnya juga keliru dan kurang tepat, mengingat manusia meski sempurna tentu ada saja kekurangannya.
Mengurangi porsi main medsos
Gak semua harus kita bagikan dimedia sosial, gak harus juga kita berkomentar akan sebuah pendapat dan postingan. Cukup menjadi penikmat dan gak perlu mencandui bermedia sosial dengan harapan kita dihormati orang lain.
Pengennya log-out semua akun medsos dan menikmati kehidupan normal seperti manusia 90an, tapi kerjaan ada di media sosial ~DUH. ya wis cukup gak scroll pindah facebook, ig, twitter dan tiktok. Baca, lewati, dan tinggalkan, mari perbaiki porsinya, seperti porsi makan kita hari ini.
